Tampilkan postingan dengan label Manajemen Proyek. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Manajemen Proyek. Tampilkan semua postingan

6 Langkah Dasar PERT dan CPM Dalam Proyek

6 Langkah Dasar PERT dan CPM Dalam Proyek
6 Langkah Dasar PERT dan CPM Dalam Proyek
Metode PERT/Biaya dapat diterapkan untuk mencapai tujuan pengendalian biaya. Adapun tujuan akhir dari PERT/Biaya adalah untuk memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mempertahankan biaya proyek dalam anggaran tertentu. Informasi ini berupa status suatu kegiatan apakah overrun atau underrun. Dengan informasi ini dapat ditetapkan suatu aksi korektif terhadap kegiatan dalam rangka mempertahankan biaya proyek. 

Rangka Pikiran PERT dan CPM PERT dan CPM keduanya mengikuti enam langkah dasar: 

1. Mengidentifkasikan proyek dan menyiapkan struktur pecahan kerja, 

2. Membangun hubungan antara kegiatan, memutuskan kegiatan mana yang harus terlebih dahulu dan mana yang mengikuti yang lain, 

3. Menggambarkan jaringan yang menghubungkan keseluruhan kegiatan, 

4. Menetapkan perkiraan waktu dan/atau biaya untuk tiap kegiatan, 

5. Menghitung jalur waktu terpanjang melalui jaringan. Ini yang disebut jalur kritis, 

6. Menggunakan jaringan untuk membantu perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian proyek. Langkah ke-5, menetukan jalur kritis, adalah bagian utama dalam pengendalian proyek. Kegiatan pada jalur kritis mewakili tugas yang akan menunda keseluruhan proyek, kecuali bila mereka dapat diselesaikan tepat waktu.
 
Manajer mempunyai keleluasaan untuk menghitung tugas penting dengan mengidentifikasi kegiatan yang kurang penting dan melakukan perencanaan ulang, penjadwalan ulang, dan pengalokasian ulang sumber daya manusia dan uang.


Semoga bermanfaat

SALAM SUKSES


Rujukan :


Contoh Implementasi Activity Network Planning Proyek


Contoh Implementasi Activity Network Planning Proyek
Contoh Implementasi Activity Network Planning Proyek

Perencanaan membuat activity network planning diperlukan kecermatan dalam membaca situasi dan jenis pekerjaan yang sederhana sampai tingkat kompleksitas yang tinggi. Perlu setidaknya intuisi seorang praktisi proyek yang bisa memperkirakan lamanya jam kerja hingga target proyek. 

Berikut contoh daftar item pekerjaan pasangan pondasi batu kali dengan target total waktu pelaksanaan adalah 8 hari kerja

NO
JENIS PEKERJAAN
DURASI WAKTU
A
Persiapan
6 hari
B
Galian tanah
2 hari
C
Lantai kerja
2 hari
D
Pasir urug
1 hari
E
Pasangan batu kali
3 hari
F
Urugan tanah kembali
0 hari


Jika kita jumlahkan total durasi waktu adalah 15 hari padahal targetnya hanya 8 hari, disinilah kita memerlukan pembuatan network planning untuk mengatur perletakan jadwal yang bagus.

Dari tabel rincian pekerjaan dan durasi waktu tersebut maka dapat kita pikirkan bagaimana urutan kegiatan pasangan pondasi batu kali akan kita lakukan, pada bagian mana pekerjaan yang harus selesai sebelum dapat mengerjakan kegiatan lain, dan pada item pekerjaan mana yang waktu pelaksanaanya tidak mempengaruhi kegiatan lain, secara umum dapat kita tuliskan bayangan urutan kerja sebagai berikut

pekerjaan persiapan dilakukan diawal pekerjaan sampai berkakhirnya kegiatan.
Galian tanah harus selesai sebelum dapat melakukan pekerjaan pembuatan lantai kerja.
Setelah membuat lantai kerja lalu dilanjutkan pekerjaan pasir urug dan pasangan batu kali.
Urugan tanah kembali baru bisa dilakukan setelah kegiatan pemasangan selesai.

Dari data dan logika berpikir tersebut maka dapat kita tuangkan kedalam sebuah diagram network planning agar fikiran kita dapat mengerti orang lain sekaligus sebagai pedoman dalam penentuan jadwal pelaksanaan setiap item pekerjaan sehingga secara global pekerjaan dapat selesai dalam waktu yang direncanakan.

Jadi cara membuat network planning adalah seperti gambar berikut
network planning



Jenis pekerjaan yang dibuat detail rincian item pekerjaan, contohnya jika kita akan membuat network planning pondasi batu kali maka apabila dirinci ada pekerjaan galian tanah, pasangan pondasi batu kali kemudian urugan tanah kembali.

Durasi waktu masing-masing pekerjaan, dapat ditentukan berdasarkan pengalaman atau menggunakan rumus analisa bangunan yang sudah ada.

Jumlah total waktu pelaksanaan pekerjaan.
Metode pelaksanaan konstruksi sehingga dapat diketahui urutan pekerjaan.

Selain network planning kita kenal juga jenis jadwal lain yang digunakan dalam melaksanakan proyek seperti kurva S, Bar chart, schedule harian mingguan bulanan dll.




Semoga bermanfaat

SALAM SUKSES


rujukan :
http://nuarylutfi12.blogspot.co.id/2013/12/network-planning-network-planning.html

Sejarah dan Pengertian Activity Network Planning

Sejarah dan Pengertian Activity Network Planning
Sejarah dan Pengertian Activity Network Planning

Pada perencanaan suatu proyek terdapat proses pengambilan keputusan dan proses penetapan tujuan. Untuk dapat melaksanakan proses ini perlu adanya informasi yang tepat dan kemampuan pengambilan keputusan yang tinggi. Proses pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan serta proses penyelenggaraan merupakan sistem operasi pada perencanaan proyek.

Bila perencanaan proyek merupakan sebuah total sistem, maka penyelenggaraan proyek tersebut terdiri dari dua sub sistem, yaitu sub sistem operasi dan sub sistem informasi. Sub sistim operasi menjawab pertanyaan “bagaimana cara melaksanakan kegiatan” sedang sub sistem informasi menjawab pertanyaan “kegiatan apa saja yang sudah, sedang dan akan dilaksanakan”. Network planning merupakan sub sistem informasinya.

Konsep network ini mula-mula disusun oleh perusahaan jasa konsultan manajemen Boaz, Allen dan Hamilton (1957) yang berada dibawah naungan perusahaan pesawat terbang Lockheed. Kebutuhan penyusunan network ini dirasakan perlu karena adanya koordinasi dan pengurutan kegitan-kegiatan pabrik yang kompleks, yang saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain. Hal ini dilakukan agar perencanaan dan pengawasan kegiatan dapat dilakukan secara sistimatis, sehingga dapat diperoleh efisiensi kerja.

Adanya network ini menjadikan sistem manajemen dapat menyusun perencanaan penyelesaian proyek dengan waktu dan biaya yang paling efisien. Di samping itu network juga dapat dipergunakan sebagai alat pengawasan yang cukup baik untuk menyelesaikan proyek tersebut. Diagram networkmerupakan kerangka penyelesaian proyek secara keseluruhan,
ataupun masing-masing pekerjaan yang menjadi bagian daripada penyelesaian proyek secara keseluruhan.

Pada prinsipnya network dipergunakan untuk perencaan penyelesaian berbagai macam pekerjaan terutama pekerjaan yang terdiri atas berbagai unit pekerjaan yang semakin sulit dan rumit.

Menurut Sofwan Badri (1997 : 13) dalam bukunya “Dasar-Dasar Network Planning”adalah sebagai berikut :

“Network planning pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan (variabel) yang digambarkan / divisualisasikan dalam diagram network”. Dengan demikian diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang harus didahulukan, bila perlu dilembur (tambah biaya), pekerjaan mana yang menunggu selesainya pekerjaan yang lain, pekerjaan mana yang tidak perlu tergesa-gesa sehingga alat dan tenaga dapat digeser ke tempat lain demi efesiensi.

Sedangkan menurut Soetomo Kajatmo (1977: 26) adalah :

“Network planning merupakan sebuah alat manajemen yang memungkinkan dapat lebih luas dan lengkapnya perencanaan dan pengawasan suatu proyek”. Adapun definisi proyek itu sendiri adalah suatu rangkaian kegiatan-kegiatan (aktivitas) yang mempunyai saat permulaan dan yang harus dilaksanakan serta diselesaikan untuk mendapatkan tujuan tertentu.




Semoga bermanfaat

SALAM SUKSES


rujukan :

http://nuarylutfi12.blogspot.co.id/2013/12/network-planning-network-planning.html

Definisi dan Panduan Mengelola Bill of Quantity / RAB

Definisi dan Panduan Mengelola Bill of Quantity / RAB
Definisi dan Panduan Mengelola Bill of Quantity / RAB

Estimasi biaya dalam suatu proyek konstruksi biasanya disajikan dalam bentuk Bill of Quantity. Bill of Quantity ini berisikan tiga hal pokok yaitu deskripsi pekerjaan, kuantitas (volume)+unit dan harga satuan pekerjaan. Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian yang telah dibuat sebelumnya tentang penyiapan data untuk estimasi biaya pekerjaan konstruksi, dengan penekanan pada tambahan untuk pekerjaan pondasi dan pekerjaan finishing. 

Data yang dikumpulkan dimaksudkan untuk memperoleh perhitungan harga satuan pekerjaan yang dibatasi berupa data berbagai jenis dan harga bahan serta data upah pekerjaan. Harga satuan pekerjaan itu sendiri dalam penelitian ini dibatasi hanya ditentukan dari harga bahan, upah pekerjaan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 

Data-data tersebut dikumpulkan dan disimpan dalam suatu database menggunakan program Microsoft Access, selanjutnya dengan menggunakan program Microsoft Visual Basic dapat dibuat program Sistem Informasi Estimasi Biaya untuk mendapatkan harga satuan pekerjaan yang diinginkan. Untuk dapat mengaplikasikan harga satuan pekerjaan yang telah dibuat tersebut ke dalam Bill of Quantity dipergunakan program Microsoft Excel. 

Hasil akhir pemakaian program ini adalah sekumpulan harga satuan pekerjaan yang ragam atau jenisnya ditentukan dari ragam atau jenis pekerjaan sesuai kebutuhan proyek yang tertera dalam Bill of Quantity.

Harga atau nilai rupiah suatu proyek hingga selesai harus dituangkan secara lengkap di dalam RAB. RAB atau Boq yang benar adalah menampilkan semua volume gambar tender secara real dan memperhitungkan waste. Pengertian waste di sini adalah kemungkinan terbuangnya material dari total volume yang di tuangkan di dalam RAB sebagai contoh adalah perhitungan yang berhubungan dengan meter lari seperti pipa, kabel, kabel tray, ducting dll. Setelah itu ada sub bagian lain dari RAB yaitu harga satuan. Harga satuan terbagi atas bahan dan upah dan sebaiknya terpisah nilainya karena akan memudahkan kita untuk mengevaluasi RAB jika satu waktu terjadi negosiasi ataupun perubahan lingkup kerja.

Nilai proyek juga harus memperhitungkan prelimineris atau pekerjaan persiapan. Pekerjaan persiapan adalah nilai nilai yang menyangkut terhadap kesinambungan proyek di luar material dan upah. Nilai tersebut harus di hitung secara mendetail agar penunjang proyek dapat terus terfasilitasi hingga proyek selesai. Banyak item di pekerjaan persiapan salah satu contohnya adalah pembuatan direksi keet atau ruang meeting di lapangan, listrik kerja, air kerja dll.

Perhitungan RAB harus juga bisa memperhitungan profit perusahaan. Profit tersebut harus bisa tersebar secara merata di setiap item material maupun upah. Nilai besaran dari profit sangat fareatif dan banyak faktor yang di perhitungkan untuk menentukan nilai persen dari profit biasanya faktor yang sangat berpengaruh adalah tingkat kesulitan dari suatu proyek disamping faktor faktor lain seperti lokasi proyek, tingkat keamanan proyek dan faktor repeat order atau proyek berkesinambungan.

Untuk menentukan mark up nilai proyek faktor lain yang perlu di perhitungkan adalah PPH atau pajak penghasilan, nilai fee dan nilai negosiasi. PPh berkisar antara 2 sampai dengan 3 persen dan itu merupakan kewajiban dari perusahaan yang harus di anggarkan di setiap proyek dan jika PPh bisa di siasati bisa di turunkan nilai persen tersebut. Nilai fee adalah nilai yang harus di anggarkan jika kita membuat sebuah perjanjian fee pada seseorang jika memenangkan tender suatu proyek. Dan yang terakhir adalah negosiasi, negosiasi adalah nilai yang bisa kita rancang sebagai bentuk dari strategi kita untuk memenangkan tender.

Saya kira jika semua lini dalam pembuatan RAB sudah terpenuhi maka pada saat pelaksanaan bisa tidur pulas dan tidak pening kepala karna semua sudah terprediksi dan terstruktur dengan baik.



Semoga bermanfaat


SALAM SUKSES


Rujukan :

https://konsultanmeonline.wordpress.com/2013/04/30/tata-cara-penyusunan-rab-atau-bill-of-quantity-mep/
http://www.citeulike.org/user/yoga/article/4657502

Langkah Dan Prosedur Activity Network Diagram Penjadwalan Proyek

Seperti dijelaskan pada bagian pertama dari  tulisan tentangactivity network diagram ini, meskipun saat ini kebanyakan paket software manajemen proyek didasarkan pada diagram AON, tapi bukan berarti diagram AOA sudah punah. Bahkan untuk aktivitas brainstorming, diagram AOA sangat berguna saat perencanaan team di awal proyek karena diagram ini jauh lebih mudah digambarkan dengan sketsa tangan.

Pada bagian kedua ini akan diuraikan langkah-langkah membuat activity network diagram dari suatu proyek dengan tujuan untuk mengidentifikasi jalur kritis (critical path) dan mencari tahu berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk menyelesaikan proyek. Metode yang digunakan adalah metode diagram AOA.

1. Membuat Daftar Kegiatan Proyek atau Proses

Analisis activity network diagram dimulai dengan menyiapkan dan menyusun daftar kegiatan atau pekerjaan yang diperlukan dalam rencana proyek atau proses. Untuk setiap kegiatan, kita perlu tahu apakah ada kegiatan lain yang harus dilakukan sebelum memulai kegiatan tersebut (predecessor) , dan berapa lama kegiatan tersebut harus dilakukan (durasi). Jangan lupa memberikan kode untuk setiap jenis kegiatan (misalnya dengan huruf: A, B, C, D, dan seterusnya) agar memudahkan saat menggambar dan menganalisis diagram. Tabel 1 berikut adalah contoh daftar kegiatan yang diperlukan dalam rencana suatu proyek.
Tabel 1
Daftar Kegiatan Proyek

KegiatanDeskripsiPredecessor KegiatanDurasi, bulan
APerancangan produk5
BPenelitian pasar1
CAnalisis produksiA2
DModel produkA3
EBrosur penjualanA2
FAnalisis biayaC3
GPengujian produkD4
HPelatihan penjualanB, E2
IPenetapan hargaH1
JPelaporan proyekF, G, I1

2. Menggambar Diagram

Metode analisis yang akan dipakai dalam contoh ini menggunakan diagram AOA sehingga setiap node merupakan tahap penyelesaian proyek. Simbol yang digunakan untuk node biasanya berupa lingkaran seperti yang diperlihatkan Gambar 1 di bawah ini.
node-symbol
Gambar 1. Simbol Node
Agar dapat menyajikan informasi yang diperlukan, simbol node berbentuk lingkaran dibagi tiga ruang, ruang pertama sebelah kiri digunakan untuk memberi identitas peristiwa yang berupa nomor node. Ruang kedua dan ketiga sebelah kanan digunakan untuk memperlihatkan kapan terjadinya kejadian (peristiwa), yang mana bagian kanan atas menunjukkan waktu peristiwa paling awal atau earliest event time (EET) dan bagian kanan bawah menunjukkan waktu peristiwa paling akhir atau latest event time(LET).
Untuk menggambarkan setiap kegiatan yang ada dalam daftar kegiatan proyek, kita memulai dengan membuat node nomor 1. Dari node nomor 1, tarik keluar garis panah kegiatan yang tidak memiliki predecessor, yakni: A dan B. Jangan lupa bubuhkan kode kegiatan pada pangkal garis panah diikuti oleh durasinya. Kemudian, buat node nomor 2 di ujung garis panah A, dan nodenomor 3 di ujung garis panah B.
Oleh karena A adalah predecessor bagi C, D, dan E maka tarik keluar garis panah untuk C, D, dan E dari node nomor 2. Buat node nomor 4 pada ujung garis panah C dan node nomor 5 pada ujung garis panah D. Sedangkan untuk garis panah E tidak dibuatkan node baru melainkan masuk ke nodenomor 3 (node di ujung garis panah B). Hal ini karena B dan E sama-sama menjadi predecessor untuk H saja.
Buatlah garis panah dan node berikutnya sampai semua kegiatan tergambarkan. Hasilnya akan terlihat seperti Gambar 2 di bawah ini.
arrow-diagramming-method-1
Gambar 2. Konstruksi Activity Network Diagram
Beberapa konvensi tentang bagaimana cara menggambar diagram AOA adalah:
  • Semua kegiatan tanpa predecessor datang dari node nomor 1.
  • Semua kegiatan tanpa successor mengarah ke node nomor terbesar (node terakhir).
Dalam contoh yang diperlihatkan Gambar 2, A dan B adalah dua kegiatan yang tidak memiliki predecessor. Keduanya berbentuk garis panah yang keluar dari node nomor 1.
Lihat juga J adalah kegiatan yang tidak memiliki successor. Oleh karena itu, garis panah J masuk ke node terakhir, yaitu node nomor 8 (node nomor terbesar dalam contoh ini). Jika ada lebih dari satu kegiatan tanpa successor, maka semua garis panah kegiatan masuk ke node nomor terbesar.

3. Menghitung dan Menganalisis Earliest Event Time (EET)

Cara menentukan earliest event time (EET) pada setiap node adalah dengan menggunakan perhitungan ke muka (forward), yaitu: kita mengawali perhitungan dari node nomor 1 dengan anggapan waktu mulai sama dengan nol, selanjutnya bergerak dalam jaringan untuk menghitung:
● EET yang terjadi, Ei,
● waktu mulai tercepat atau earliest start (ES), dan
● waktu selesai tercepat atau earliest finish (EF)
untuk setiap kegiatan dalam jaringan sampai perhitungan berakhir di nodeterakhir. Berikut metode perhitungannya:
(i)Jadikan EET yang terjadi pada permulaan proyek sama dengan nol, artinya,
E1 = 0.
(ii)ES untuk setiap kegiatan (i,j) adalah sama dengan Ei untuk peristiwa sebelumnya, artinya,
ESij = Ei.
(iii)EF untuk setiap kegiatan (i,j) adalah sama dengan ES ditambah durasi kegiatan. Artinya,
EFij = ESij + Dij,
atauEFij = Ei + Dij.
(iv)EET untuk peristiwa j adalah maksimum EF dari semua kegiatan yang berakhir ke dalam peristiwa tersebut. Artinya,
Ej = maxi {EFij untuk semua predecessor (i,j)}
Ej = maxi {Ei + Dij}
yang mana D adalah durasi kegiatan. Dalam perhitungan ini, kegiatan diidentifikasi oleh predecessor node (atau peristiwa) i dan successor node j.
Untuk activity network diagram Gambar 2, perhitungan EET adalah sebagai berikut:
Langkah 1E1=0
Langkah 2
j = 2E2=max{E1 + D12} = max{0 + 5} = 5
j = 3E3=max{E1 + D13; + E2 + D23}
=max{0 + 1; 5 + 2} = 7
j = 4E4=max{E2 + D24} = max{5 + 2} = 7
j = 5E5=max{E2 + D25} = max{5 + 3} = 8
j = 6E6=max{E3 + D36} = max{7 + 2} = 9
j = 7E7=max{E4 + D47E5 + D57E6 + D67}
=max{7 + 3; 8 + 4; 9 + 1} = 12
j = 8E8=max{E7 + D78} = max{12 + 1} = 13
Hasilnya akan terlihat seperti Gambar 3 di bawah ini.
arrow-diagramming-method-2
Gambar 3. Perhitungan ke Muka untuk Menghitung dan Menganalisis Earliest Event Time (EET)
Dengan demikian, waktu minimum yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek ini adalah 13 bulan, E(8) = 13.

4. Menghitung dan Menganalisis Latest Event Time (LET)

Untuk menentukan latest event time (LET) pada setiap node adalah dengan menggunakan perhitungan ke belakang (backward), yaitu: perhitungan waktu mulai terlama atau latest start (LS) dan waktu selesai terlama atau latest finish (LF) untuk setiap kegiatan dalam jaringan yang dimulai dari nodeterakhir dengan Ln sama dengan En pada node terakhir (yang kita ketahui dari perhitungan ke muka) sampai perhitungan berakhir di node nomor 1. Berikut metode perhitungannya:
(i)Untuk peristiwa terakhir anggap
En = Ln.
Ingat bahwa semua ES telah dihitung pada tahap perhitungan ke muka.
(ii)LF untuk setiap kegiatan (i,j) adalah sama dengan LET dari peristiwaj,
LFij = Lj.
(iii)LS untuk setiap kegiatan (i,j) adalah sama dengan LF dikurangi durasi kegiatan. Artinya,
atau,LSij = LFij – Dij,
atauLSij = Lj – Dij.
(iv)LET untuk peristiwa i adalah minimum LS dari semua kegiatan yang berasal dari peristiwa tersebut. Artinya,
Li = minj {LSij untuk semua successor (i,j)}
Li = minj {LFij – Dij}
Li = minj {Lj – Dij}
Perhitungan LET untuk proyek dalam Tabel 1 adalah sebagai berikut:
Langkah 1L8=E8 = 13
Langkah 2
i = 7L7=min{L8 – D78} = min{13 – 1} = 12
i = 6L6=min{L7 – D67} = min{12 – 1} = 11
i = 5L5=min{L7 – D57} = min{12 – 4} = 8
i = 4L4=min{L7 – D47} = min{12 – 3} = 9
i = 3L3=min{L6 – D36} = min{11 – 2} = 9
i = 2L2=min{L3 – D23L4 – D24L5 – D25}
=min{9 – 2; 9 – 2; 8 – 3} = 5
i = 1L1=min{L2 – D12;  L3 – D13}
=min{5 – 5; 5 – 1} = 0
Hasilnya akan terlihat seperti Gambar 4 di bawah ini.
arrow-diagramming-method-3
Gambar 4. Perhitungan ke Belakang untuk Menghitung dan Menganalisis Latest Event Time (LET)
Bila kita perhatikan Gambar 4 di atas terdapat beberapa nodedengan EET = LET. Inilah node yang akan berada pada jalur kritis (critical path).

5. Menentukan Jalur Kritis

Definisi jalur kritis menurut salah satu penemu CPM adalah:
If there is a path from origin to terminus whose length equals the duration of the schedule, it is called a critical-path. (Kelley, 1961, p. 317)
Dengan kata lain total waktu jalur kritis akan sama dengan umur proyek. Hal ini berarti jalur kritis adalah jalur yang memiliki waktu terpanjang dari semua jalur yang dimulai dari peristiwa awal sampai peristiwa yang terakhir dalam activity network diagram.
Oleh karena itu, jalur kritis menunjukkan kegiatan-kegiatan kritis di dalam proyek. Kelley (1961) menambahkan tentang maksud kegiatan-kegiatan kritis:
All the activities in a critical-path are limiting in the sense that a delay in any one of them will cause a comparable delay in the completion of the projectThereforethey are called critical activities. (Kelley, 1961, p. 317)
Maksudnya, suatu kegiatan disebut dengan kegiatan kritis bila suatu delay atau penundaan waktu di kegiatan ini akan mempengaruhi waktu penyelesaian keseluruhan dari proyek. Oleh karena itu, kegiatan disebut tidak kritis bila kegiatan ini mempunyai delayDelay pada kegiatan tidak kritis disebut slackatau float time (waktu mengambang).
Konsep float sangat berharga karena memberikan fleksibilitas atau “ruang manuver”  pada penjadwalan untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu sehingga ada suatu periode waktu di mana kegiatan dapat meleset tetapi tidak mempengaruhi jalur kritis dan tanggal penyelesaian. Menurut Hendrickson & Tung (2008), terdapat tiga kategori float, yaitu:
(i)Free float adalah banyaknya delay yang dapat ditugaskan untuk setiap satu kegiatan tanpa menunda kegiatan selanjutnya. Free float,FFij, untuk aktivitas (i,j) adalah:
FFij = Ej – Ei – Dij.
(ii)Independent float adalah banyaknya delay yang dapat ditugaskan untuk setiap satu kegiatan tanpa menunda kegiatan selanjutnya atau membatasi penjadwalan kegiatan sebelumnya. Independen floatIFij, untuk kegiatan (i,j) dihitung sebagai berikut:
IFij = {0Ej – Li – Dij
(iii)Total float adalah maksimum banyaknya delay yang dapat ditugaskan untuk setiap kegiatan tanpa menunda keseluruhan proyek.Total FloatTFij, untuk setiap kegiatan (i,j) dihitung sebagai berikut:
TFij = Lj – E– Dij
Secara grafis, ketiga macam float time dan slack time diilustrasikan pada contoh Gambar 5 berikut.
float-slack-time

Gambar 5. Ilustrasi Contoh Float Time dan Slack Time
Delay kegiatan di jalur kritis akan menyebabkan delay waktu penyelesaian proyek, sedang delay di jalur tidak kritis mungkin tidak akan menunda waktu penyelesaian proyek sejauh delay tidak melebihi slack danfloat time untuk masing-masing kegiatan tidak kritis
Dalam suatu activity network diagram  mungkin saja kita menemui lebih dari satu jalur kritis, bahkan semua jalur memungkinkan untuk menjadi jalur kritis. Jalur kritis  memiliki kepekaan sangat tinggi atas keterlambatan penyelesaian suatu proyek. Keterlambatan pada jalur ini akan memperlambat penyelesaian waktu proyek secara keseluruhan, meskipun kegiatan lain tidak mengalami keterlambatan. Kita dapat  mempercepat penyelesaian proyek secara keseluruhan dengan mempercepat waktu penyelesaian kegiatan kritis. Jalur kritis dapat saja berubah sebagai akibat dari keterlambatan atau percepatan penyelesaian kegiatan.
Cara menentukan jalur kritis pada activiy network diagram adalah dengan menulusuri jalur terpanjang dari awal sampai akhir proyek, yakni jalur yang melalui node dengan EET = LET, kemudian tandai jalur kritis tersebut dengan garis tebal atau berwarna. Perhatikan Gambar 6 di bawah ini, jalur yang ditandai  dengan garis berwarna merah adalah jalur kritis untuk proyek dalam Tabel 1.
critical-path-complet
Gambar 6. Jalur Kritis dalam Activity Network Diagram
Gambar 6 di atas memperlihatkan node nomor 1, 2, 5, 7, dan 8 berada di jalur kritis. Selanjutnya perhatikan Tabel 2 di bawah ini yang memperlihatkan ES dan LS  (Tabel 2.a) termasuk float time  (Tabel 2.b) setiap kegiatan. Tampak kegiatan A, D, G, dan J berada di jalur kritis karena kegiatan-kegiatan tersebut tidak mempunyai waktu delay (perhatikan tanda cek pada Tabel 2.b).
Tabel 2
Tabel Analisis Jalur Kritis
(a) Perhitungan earliest start dan latest start time
No.Kegiatan (ij)Durasi,DijEETLETEarliest start time,
ESij = Ei
Latest start time,
LSij = Lj – Dij
EiEjLiLj
1A (1, 2)5050500
2B (1, 3)1070908
3C (2, 4)2575957
4D (2, 5)3585855
5E (2, 3)2575957
6F (4, 7)371291279
7G (5, 7)481281288
8H (3, 6)27991179
9I (6, 7)19121112911
10J (7, 8)1121312131212
(b) Perhitungan activity float time
No.Kegiatan (ij)Durasi,DijEETLETFree float,
FFij = Ej – Ei – Dij
Indp. float,
IFij = Ej – Li – Dij
Total float,
TFij = Lj – Ei – Dij
EiEjLiLj
1A (1, 2)505050 ✓0 ✓0 ✓
2B (1, 3)10709668
3C (2, 4)25759002
4D (2, 5)358580 ✓0 ✓0 ✓
5E (2, 3)25759002
6F (4, 7)3712912202
7G (5, 7)48128120 ✓0 ✓0 ✓
8H (3, 6)279911002
9I (6, 7)19121112202
10J (7, 8)1121312130 ✓0 ✓0 ✓
Activity network diagram yang erat kaitannya dengan metode CPM dan diagram PERT telah lama digunakan untuk tujuan memperlihatkan jalur penyelesaian suatu proyek, menemukan waktu penyelesaian proyek sesingkat mungkin, dan menggambarkan bagaimana kegiatan dapat serentak dilakukan dalam suatu proyek. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuatactivity network diagram:
  1. Semua kegiatan dalam proyek, termasuk estimasi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan, sebaiknya direncanakan dan dikomunikasikan bersama semua anggota team melalui mekanisme brainstorming. Estimasi waktu biasanya menggunakan pengalaman masa lalu atau perkiraan dari para praktisi.
  2. Kegiatan terurut dari awal sampai akhir, tidak boleh ada duplikasi kegiatan. Jika penambahan suatu kegiatan terjadi, kegiatan tambahan ini harus teridentifikasi dan digambarkan.
  3. Evaluasi kembali estimasi waktu terpendek, terpanjang, dan rata-rata untuk setiap kegiatan, dan identifikasi jalur terpanjang melalui jaringan.
  4. Gunakan diagram untuk melacak kemajuan atau progres setiap kegiatan. Pada saat proyek berlangsung, estimasi waktu dapat diperbarui sesuai dengan diperolehnya informasi dan asumsi baru. Tak hanya estimasi waktu, kita juga mungkin akan menemukan sebuah jalur kritis baru dan perubahan bentuk jaringan.
Rujukan:

Agustini, D. H., & Rahmadi, Y. E. (2004). Riset operasional: Konsep-konsep dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Baker, S. L. (2004). Critical path method (CPM). Retrieved fromhttp://hspm.sph.sc.edu/COURSES/J716/CPM/CPM.html
Hendrickson, C., & Tung, A. (2008). Project management for construction: Fundamental concepts for owners, engineers, architects and builders. (2.2 ed., chap. 10.3). Pittsburgh, PA: Prentice Hall. Retrieved fromhttp://pmbook.ce.cmu.edu/
Kelley Jr., J. E. (1961). Critical-path planning and scheduling: Mathematical basis. Operations Research9(3), 296–320. Retrieved fromhttp://or.journal.informs.org/content/9/3/296.full.pdf
Kusnadi, E. (2012, March 18). Activity network diagram: Bagian pertama [Web log post]. Retrieved fromhttps://eriskusnadi.wordpress.com/2012/03/18/activity-network-diagram-part-1/
Tague, N. R. (2005). The quality toolbox. (2th ed.). Milwaukee, Wisconsin: ASQ Quality Press. Available from http://asq.org/quality-press/display-item/index.html?item=H1224
Taylor, J. (2008). Project scheduling and cost control: Planning, monitoring and controlling the baseline. Ft. Lauderdale, Fla: J. Ross Pub.