Faktor Yang Harus di Perhatikan Seorang Leader dan Pimpinan Perusahaan





Faktor Yang Harus di Perhatikan Seorang Leader dan Pimpinan Perusahaan?



Di tempat teman saya bekerja terjadi penggantian Top Management setahun lalu.


Perubahan itu menyebabkan beberapa orang harus ikut keluar secara sukarela untuk pindah bekerja.

Mereka yang tersisa berharap semoga perubahan Manajemen tersebut tidak akan berdampak pada pekerjaan mereka sekarang ini, sebaliknya malah berharap ada perbaikan dalam jenjang karir mereka.

Selang waktu berlalu, para pekerja lama sudah merasa nyaman bekerja. Struktur organisasi baru juga sudah disetujui Direksi.

Masing-masing pos telah terisi sekarang, tetapi teman saya yang saat ini sudah menduduki posisi Senior Manager tiba-tiba memberitahukan keinginannya untuk pindah kerja ke tempat lain.

Mungkin aneh juga buat Anda. Dia sudah berada dalam posisi nyaman kok mau pindah kerja?

Semua teman-temannya yang dulu bersama-sama merasa ditinggal oleh bos lama dan mulai merasa bahwa bos baru itu cukup baik dan memperhatikan pun bertanya hal serupa.

Berikut obrolan yang saya ingat dari ceritanya saat dia mendiskusikan keputusannya itu dengan teman-teman lainnya.

“Saya hendak keluar dari pekerjaan saat ini”, kata teman saya itu.

Teman-temannya kaget dan bertanya, “Kenapa kamu ingin keluar? Si bos itu kan baik. Awal masuk dulu, dia coba mengetahui berapa lama kita sudah bekerja dan berusaha menahan kita untuk tidak keluar dengan melakukan lobby ke Direksi dan HRD agar ada penyesuaian gaji lebih dari biasanya.

Sebagian usahanya itu berhasil sampai akhirnya struktur organisasi divisi kita saat ini sudah lengkap terisi.

Dia juga memperhatikan kita dan tidak pernah marah-marah. Pernah dia marah karena pekerjaan, tetapi keesokan harinya malah dia yang datang meminta maaf.”

Jawaban teman saya adalah, “Iya benar, sebagian usaha si bos sudah sesuai dengan keinginan kita, tetapi saya tidak merasa ada passion lagi untuk bekerja disini karena si bos tidak lagi memberikan penugasan yang sesuai dengan jabatan saya.

Tidak ada delegasi dalam pengambilan keputusan sendiri, tidak ada pembagian tanggung jawab yang jelas dan tidak ada deskripsi kerja khusus buat saya sebagai seorang Senior Manager.

Dulu pernah ada pendelegasian kerja memang, tetapi lingkup kerjanya tidak memberikan kesempatan saya untuk meningkatkan keterampilan dan kreativitas saya.

Jadi, masing-masing kita punya target dan kalau itu tidak didapat di tempat saat ini mungkin bisa didapat di tempat lain.”

“Kenapa kamu tidak minta dan diskusikan hal itu dengan si bos? Kalau didiskusikan pasti dia mau kasih kamu seperti apa yang kamu inginkan”, kata teman-temannya sedikit merayu agar dia mau mengurungkan niatnya.

Dengan spontan teman saya itu kembali menjawab, ”Come On guys, He is a leader. Dia dong yang seharusnya tahu ada masalah apa dengan saya, dan dia yang seharusnya melakukan itu, bukan saya yang harus meminta-minta. That’s the one of his role as a leader”

Diskusi teman saya dengan teman-temannya itu mengingatkan saya pada peranan seorang leader sebagaimana Mike Myatt, seorang Leadership advisor untuk Fortune 500 CEOs, pernah menyatakan hasil survei dan di tulisannya di Forbes sebagai berikut:

• Lebih dari 30% karyawan berkeinginan untuk bekerja di tempat lain dalam 12 bulan.


• Lebih dari 40% karyawan tidak menghormati orang yang mereka melapor kepadanya.


• Lebih dari 50% karyawan mengatakan mereka memiliki nilai yang berbeda dengan atasan.


• Lebih dari 60% tidak merasa tujuan karir mereka selaras dengan rencana atasan.


• Lebih dari 70% merasa tidak dihargai oleh atasan mereka.

Karyawan yang secara sukarela mengajukan diri untuk keluar dari perusahaan biasanya terjadi karena mereka merasa tidak ditantang, terlibat dan dihargai secara emosional.

Ini rupanya yang banyak karyawan rasakan dan oleh karena itu Anda harus hati-hatilah sebagai seorang leader.

Gaji bukan merupakan faktor utama yang bisa menahan anggota team untuk tetap di dalam satu lingkaran, tetapi ada faktor lain yang harus diperhatikan.

Anda sebagai leader harus memperhatikan anggota yang tidak melihat faktor moneter semata sebagai alasannya bekerja. Anggota Anda yang seperti itu terkadang adalah orang-orang terbaik yang ada di team Anda maka dari itu jagalah mereka sebagai aset Anda.

Rupanya ini membenarkan teori motivasi Herberg. Seorang leader harus bisa memotivasi anggotanya dengan pendekatan demokratis misalkan dengan memberikan pekerjaan yang lebih menantang, penugasan yang lebih luas dan kompleks serta delegasi kerja dengan keleluasaan untuk memutuskan sendiri.

Ibu Betti Alisjahbana, Founder QBLeadership Center, memberikan ilmunya dengan mengatakan bahwa peranan seorang leader adalah: 1) mencreate visi, 2) membangun team, 3) mendelegasi tanggung jawab, 4) mengembangkan orang, 5) memotivasi orang.

Anda bisa lihat bahwa dari peran tersebut hanya 1 (satu) yang tidak berhubungan dengan orang sementara 4 (empat) peranan lainnya berhubungan dengan orang.

Delegasi, mengembangkan orang dan memotivasi orang menurut saya merupakan faktor yang butuh sebagian besar waktu dari seorang leader.

Saya harus banyak belajar untuk peranan itu. Terutama memotivasi orang. Tidak ada standard untuk hal itu. Keinginan orang berbeda-beda dan peran seorang leader untuk membuat semuanya terpenuhi.

Leader yang baik harus tahu betul apa yang diinginkan oleh anggotanya. Masih ingat tulisan saya tentang Leadership Umar bin Khattab yang tahu betul umatnya? Sulit tidak ya bisa setengahnya saja seperti itu? Mari kita sama-sama belajar menjadi seorang leader. Bagaimana menurut pendapat Anda?

Semoga artikel ini bermanfaat ya. Mari tingkatkan softskill kita dengan segenap jiwa dan raga!


EmoticonEmoticon